"Assalamu'alaikum pak mau tanya masalah sholawat yang di tulis di awalan kitab, saya sering melihat kitab kang kang kok setiap kitab pasti ada sholawat nya itu bagaimana ?"
Trimakasih atas pertanyaannya dan maaf baru bisa menjawab nya..
Memang ada sebuah hadits yang menjelaskan tentang anjuran menulis sholawat pada kitab, seperti hadits Nabi yang di ungkapkan oleh Syaikh Imam Al Alim Alfadil Abi Abdul Mu'thi Muhammad Nawawi dalam kitab beliau Kasyifatussaja sh.4..
"من صلى علي في كتاب لم تزل الملائكة تصلى عليه ما دام اسمي في ذالك الكتاب"
"Siapapun yang bersholawat kepadaku dalam kitab, maka malaikat terus menerus bersholawat juga kepada orang itu., selagi tulisan sholawat tersebut utuh dalam kitab tersebut"
Kemudian syaikh abdul Mu'thi Assamlawi menafsiri hadis tersebut demikian "siapapun yang menulis sholawat dan bersholawat serta membaca sholawat yang telah di tulis tersebut pada karangan yang bersifat keilmuan, maka Malaikat tidak henti nya mendoakan penulis itu dengan keberkahan ataupun memintakan ampun atas penulis itu..
Dalam versi lain juga di sebutkan dalam muqoddimah kitab Iddatul Farid (Faroid) "kitab yang menerangkan tentang membagi waris" demikian ;
من صلى علي في كتاب لم تزل الملائكة تستغفر له ما دام اسمي في ذالك الكتاب"، المراد من اسمه اللفظ الدال عليه ولو ضميرا او وصفا نحو "عليه الصلاة والسلام" او "والصلاة والسلام على البشير"
Dalam segi makna pun juga sama, dalam artian malaikat pun tak hentinya memintakan ampun kepada penulis selama tulisan sholawat tsb utuh.
Tafsiran dalam kitab tersebut tentang asma (nama) adalah lafadz yang menunjukkan arti Rosululloh, walau itu dlomir (lafadz yang kembali kepada Rosululloh) atau sifat sekali pun. Seperti " 'Alaihissholatu wassalam" dan "Assholatu wassalamu 'alalbasyiir (Nabi yang berbahagia)"....
Khidmah ..
Pondok pesantren, yang mana sejak awal berdiri, pesantren di identikkan dengan belajar, mengaji, dan khidmah, baik pada romo yai atau pada pesantren sendiri. Atau biasa di sebut khidmah kepada santri.
Kebudayaan ini telah berlangsung lama hingga sekarang. Kebanyakan keberhasilan orang yang keluar dari pesantren bukan karena kepintaran atau lamanya di pesantren. Tetapi karena kemuliaan akhlaknya di tengah-tengah lingkungan dan masyarakat. Kemuliaan akhlak tersebut tidak akan didapatkan saat ia mulai terjun di masyarakat, tetapi harus dimulai dan dibiasakan saat ia masih dipesantren. Dan juga perlu diingat bahwa jika seseorang berada dilingkungan baru, ia akan disoroti oleh masyarakat setempat. Mereka akan menelusuri darimana, bagaimana, siapa, tentang orang baru itu. Jika ditemukan suatu nilai yang bersifat negatif maka ia akan sulit memperoleh tempat disisi lingkungan tersebut. Dan juga berlu diingat bahwa, kejelekan akan mudah dicium dan menyebar serta sulit dihilangkan dari pada kebaikan.
Kebudayaan ini telah berlangsung lama hingga sekarang. Kebanyakan keberhasilan orang yang keluar dari pesantren bukan karena kepintaran atau lamanya di pesantren. Tetapi karena kemuliaan akhlaknya di tengah-tengah lingkungan dan masyarakat. Kemuliaan akhlak tersebut tidak akan didapatkan saat ia mulai terjun di masyarakat, tetapi harus dimulai dan dibiasakan saat ia masih dipesantren. Dan juga perlu diingat bahwa jika seseorang berada dilingkungan baru, ia akan disoroti oleh masyarakat setempat. Mereka akan menelusuri darimana, bagaimana, siapa, tentang orang baru itu. Jika ditemukan suatu nilai yang bersifat negatif maka ia akan sulit memperoleh tempat disisi lingkungan tersebut. Dan juga berlu diingat bahwa, kejelekan akan mudah dicium dan menyebar serta sulit dihilangkan dari pada kebaikan.
Khidmah adalah sebuah kebutuhan, bukan tuntutan. Jika seseorang ingin dilayani, ia harus mau melayani. Bukankah bantuan termasuk kebutuhan?
Namun kesadaran akan kebutuhan untuk berkhidmah semakin merosot. Kebanyakan santri hanya terpaku pada jadwal yang dibuatkan oleh pengurus, sehingga jika tidak ada piket ia enggan mengerjakannya. Yang merepotkan lagi jika ada yang taat pada peraturan. Yang juga merepotkan adalah jika hal tersebut tidak bisa dijadwal atau sesuatu yang jarang ada ahlinya. Maka yang bertanggung jawab lagi adalah pengurus. Mungkin memang pengurus tersebutlah yang akan sukses hidupnya. Sebuah tanggung jawab, bagi orang yang komitmen, akan menjadikannya orang yang cerdas karena selalu berfikir akan tanggung jawab tersebut...
Khidmah termasuk sunnah shohabat ketika bersama Nabi. Shohabat menjadi mulia karena khidmah, keyakinan dan kesungguhannya pada nabi. Setinggi-tingginya derajat shohabat adalah yang paling kidmah dan yakin pada nabi. Sebagaimana shohabat adalah santri, karena ulama' adalah pewaris nabi dan orang yang di sekeliling ulama' atau kiyai adalah santri. Sebagaimana shohabat di sekeliling nabi..
Ketika seorang santri jauh dari yang namanya khidmah, ia akan lepas kendali. Khidmah adalah awal tanggung jawab seorang santri. Banyak juga yang mengatakan bahwa rizqi seorang santri kelak jika ia sudah pulang, itu tergantung bagaimana cara ia berkhidmah saat di pesantren. Namun perkataan tersebut ternyata membawakan fakta. Dan juga banyak dari kalangan kyai yang beliau lebih suka kepada santri yang mau berkhidmah namun dalam sengi ilmu nya ia pas pasan, di banding dengan santri yang dalam segi ilmu nya luar biasa, namun ia tak mau khidmah...
Inspirasi secangkir kopi @serambidarurroja
Namun kesadaran akan kebutuhan untuk berkhidmah semakin merosot. Kebanyakan santri hanya terpaku pada jadwal yang dibuatkan oleh pengurus, sehingga jika tidak ada piket ia enggan mengerjakannya. Yang merepotkan lagi jika ada yang taat pada peraturan. Yang juga merepotkan adalah jika hal tersebut tidak bisa dijadwal atau sesuatu yang jarang ada ahlinya. Maka yang bertanggung jawab lagi adalah pengurus. Mungkin memang pengurus tersebutlah yang akan sukses hidupnya. Sebuah tanggung jawab, bagi orang yang komitmen, akan menjadikannya orang yang cerdas karena selalu berfikir akan tanggung jawab tersebut...
Khidmah termasuk sunnah shohabat ketika bersama Nabi. Shohabat menjadi mulia karena khidmah, keyakinan dan kesungguhannya pada nabi. Setinggi-tingginya derajat shohabat adalah yang paling kidmah dan yakin pada nabi. Sebagaimana shohabat adalah santri, karena ulama' adalah pewaris nabi dan orang yang di sekeliling ulama' atau kiyai adalah santri. Sebagaimana shohabat di sekeliling nabi..
Ketika seorang santri jauh dari yang namanya khidmah, ia akan lepas kendali. Khidmah adalah awal tanggung jawab seorang santri. Banyak juga yang mengatakan bahwa rizqi seorang santri kelak jika ia sudah pulang, itu tergantung bagaimana cara ia berkhidmah saat di pesantren. Namun perkataan tersebut ternyata membawakan fakta. Dan juga banyak dari kalangan kyai yang beliau lebih suka kepada santri yang mau berkhidmah namun dalam sengi ilmu nya ia pas pasan, di banding dengan santri yang dalam segi ilmu nya luar biasa, namun ia tak mau khidmah...
Inspirasi secangkir kopi @serambidarurroja
Kebesaran Adab Sayyidina Ali bin Abi Tholib..
Demi menghormati dan memuliakan kakek tersebut, sahabat Ali bin Abi Tholib tidak mendahului jalan, beliau berjalan di belakang sambil menunggu si kakek meskipun beliau sedang terburu-buru untuk sholat subuh berjamaah. Sesampai di depan masjid, kakek tersebut ternyata tidak masuk ke masjid, padahal secara umum para sahabat selalu sholat berjamaah bersama Rosulullah SAW.
Sahabat Ali bin Abi Tholib baru menyadari bahwa kakek tersebut adalah orang Nasrani, segera beliau masuk ke masjid meskipun beliau telat. Di sana beliau mendapati Rosulullah SAW dan para jamaah sedang dalam keadaan ruku’, tanpa basa-basi beliau langsung niat memasuki sholat dan mengikuti sholat subuh berjamaah.
Setelah sholat subuh berjamaah selesai dilakukan, para sahabat terheran-heran karena Rosulullah SAW memanjangkan waktu ruku’ yang tidak seperti biasanya, kira-kira dua kali lebih lama. Para sahabat pun bertanya kepada Rosulullah SAW “Wahai Rosulullah, mengapa Engkau memanjangkan waktu ruku’ pada sholat subuh kali ini, Engkau bahkan tidak pernah melakukan yang seperti ini sebelumnya ?”
Rosulullah SAW pun menjawab “Ketika aku sedang ruku’ dan membaca subhanallahil adhim seperti halnya bacaan wiridku, aku ingin mengangkat kepalaku, tiba-tiba malaikat Jibril datang dan menahan punggungku sehingga aku ruku’ lebih lama. Dan setelah malaikat Jibril melepaskannya, kemudian aku baru mengangkat kepalaku (untuk melakukan i’tidal)”. Para sahabat pun bertanya kembali “Mengapa malaikat Jibril melakukannya ?”. Rosulullah SAW menjawab “Aku tidak bertanya tentang itu kepadanya”.
Tak lama kemudian, malaikat Jibril pun datang dan menceritakan alasan ia menahan ruku’ kepada Rosulullah SAW “Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali sedang tergesa-gesa menuju masjid dan ia bertemu dengan seorang Kakek dari Nasrani, sedangkan Ali tidak mengetahui bahwa ia adalah orang Nasrani. Demi menghormatinya, Ali tidak mendahului jalan dan menjaga haknya (hak untuk mendahului), maka Allah memerintahkan kepadaku untuk menahan ruku’mu”.
Malaikat Jibril pun menambahi “Ini bukanlah hal yang aneh, dan yang lebih aneh, sesungguhnya Allah memerintahkan malaikat Mikail untuk menahan matahari agar tidak terbit karena Ali”. Sesaat setelah mendengar alasan malaikat Jibril, Rosulullah SAW menceritakannya kepada para sahabat sehingga mereka mengerti alasan mengapa malaikat Jibril menahan ruku’ Rosulullah SAW cukup lama.
📖 Mawa'idul Usfuriyah sh. 3-4 Alhadits Ats tsalits...
📸 Agus Muhammad Hibatulloh. Semoga kita senantiasa di akui sebagai santri oleh beliau.. amiin..
Formulir Pendaftaran Ponpes Darur Roja' Selokajang srengat Blitar..
Monggo, pondok pesantren darur roja' menerima santri didik baru, yang beralamatkan di desa selokajang kec. srengat kab. blitar prov. Jawatimur..
di sini juga menyediakan sekolah formal mulai dari SD SMP dan SMA yang bertempat dalam area pondok pesantren.. juga MADRASAH HIDAYATUL MUBTADIIN yang berjenjang TPQ IBTIDAIYAH TSANAWIYAH dan ALIYAH..
Langganan:
Postingan (Atom)